Minggu, 23 Maret 2014

Teori terjadinya penyakit

TUGAS EPIDEMIOLOGI DASAR
“TEORI TERJADINYA PENYAKIT”




Oleh
Nama : Novi Astriana
NIM : 25010113120031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

TEORI TERJADINYA PENYAKIT

A.  Sejarah Konsep Penyebab Penyakit
Pengertian mengenai penyebab penyakit pada zaman prasejarah :
·         Sakit disebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan supranatural
·         Prevalensi rabies meningkat dianggap terjadi akibat munculnya bintang (anjing) di langit
·         Kasus disentri meningkat pada penduduk di sekitar sungai Nil, akibat adanya perubahan aliran sungai Nil yang terjadi karena adanya kekuatan supranatural
Sedangkan ditinjau dari sudut epidemiologi sendiri, pemahaman tentang penyakit amatlah penting, oleh karena itu perlu dimengerti dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan penyakit.
Beberapa definisi penyakit menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1.      Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionary)
2.      Penyakit adalah suatu keadaan di mana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu perjalanannya (Van Dale’s Woordenboek der Nederlandse Tel )
3.      Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar saja, akan tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest Hofte Amsterdam)

B.  Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit
Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu kewaktu. Perkembangan itu dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1.      Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit. Sewaktu jaman John Snow epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit kearah penyakit tidak menular. Dan epidemiologi tidak hanya diperhadapkan dengan masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta masalah non kesehatan.
2.     Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan klinik kedokteran berkembang begitu pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi, dan ilmu perilaku (behavior science). Perkembangan ilmu ini juga merupakan angin segar untuk perkembangan epidemiologi.
Dengan demikian terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa kemasa. Sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka berada.
C.  Teory Terjadinya Penyakit
1.      Contangion Theory
Teori yang mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan adanya kontak antara satu orang dengan orang lainnya. Teori ini tentu dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit yang menular yang terjadi karena adanya kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap epidemi dan penyakit lepra di Mesir. (Bustan, 2002)
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan mahkluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep ini dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular (tranference) yang disebut kontangion.
Fracastoro membedakan 3 jenis kontangion, yaitu :
1.    Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung misalnya bersentuhan, berciuman, dan berhubungan seksual.
2.    Jenis kontangion yang dapat menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain). Misalnya melalui pakaian, handuk, dan sapu tangan.
3.    Jenis kontangion yang dapat menularkan dalam jarak jauh.
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro tetap dianggap sebagai salah satu seorang perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan anti epidemik hanya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman praktik (Anonim, 2010).
b.      Hypocratic Theory
Hippocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (takhayul) dalam memahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa :
a.    Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup
b.    Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal sesorang.
Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul “On Airs, Waters and Places”
Hippocrates sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan takhayul dan keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya. Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling mengesankan dari faham atau ajaran Hippocrates ialah bahwa dia telah meninggalkan cara-cara berpikir mastis-magis dan melihat segala peristiwa atau kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah belaka. (Ir. Martini, 2010)
Kausa penyakit menurut Hippocrates tidak hanya terletak pada lingkungan, tetapi juga dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, dalam bukunya “On the Sacred Disease” Hippocrates menyebutkan bahwa epilepsi bukan merupakan penyakit yang berhubungan dengan tahayul atau agama, melainkan suatu penyakit otak yang diturunkan. Dalam bidang psikiatri, Hippocrates mendahului teori Sigmund Freud dengan hipotesisnya bahwa kausa melankoli (suatu gejala kejiwaan atau emosi akibat depresi) yang dialami putra Raja Perdica II dari Macedonia adalah depresi yang dialami Perdica karena jatuh cinta secara rahasia dengan istri ayahnya (ibu tirinya) (Bannis & Assocatiates, 2001; Grammaticos dan Diamantis, 2003; Saracci, 2010).
Kontribusi Hippocrates untuk epidemiologi tidak hanya berupa pemikiran tentang kausa penyakit tetapi juga riwayat alamiah sejumlah penyakit. Dia mendeskripsikan perjalanan hepatitis akut pada bukunya ‘About Diseases‘: Hepatitis akut dengan cepat menyebar ke urine menunjukkan warna agak kemerahan pada urin, panas tinggi, serta rasa tidak nyaman. Pasien meninggal dalam waktu 4 hingga 10 hari. (Bannis & Assocatiates, 2001; Grammaticos dan Diamantis, 2003).
c.         Miasmatic Theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma (diartikan sebagai udara buruk atau polusi) sebagai dasar pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara yang dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit.
Dirumuskan bahwa teori ini mengemukakan bahwa penyebab penyakit berasal dari uap yang dihasilkan oleh sesuatu yang membusuk atau limbah yang menggenang. Jika seseorang menghirupnya maka akan terjangkit penyakit. (Maryani, 2010). Teori ini juga menganggap gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa penyakit. (Bustan, 2006). Dikembangkan oleh William Farr yang meneliti tentang kausa epidemi kolera. Teori ini mempunyai arah cukup spesifik, namun kurang mampu menjawab pertanyaan tentang penyebab berbagai penyakit.
Dalam perkembanganya, John Snow melakukan eksperimen ke beberapa rumah tangga di London yang memperoleh air minum dari perusahaan air minum swasta. Air yang disuplai berasal dari bagian hilir Sungai Thames yang paling tercemar. Suatu saat, suatu perusahaan yaitu Lambeth Company mengalihkan sumber air ke bagian hulu Sungai Thames yang kurang tercemar. Perusahaan lain yang merupakan pesaing yaitu Southwark Vauxhall Company tidak memindahkan sumber air (tetap di bagian hilir Sungai Thames yang paling tercemar). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa risiko kematian karena kolera lebih tinggi pada penduduk yang mendapatkan air minum dari Southwark-Vauxhall Company daripada yang memperoleh sumber air minum dari Lambeth Company. Penemuan ini menunjukkan bahwa John Snow tidak sependapat dengan William Farr tentang kausa kolera. (Adnani, 2010)
Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya sisa-sisa pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terjangkit penyakit. Karena penyakit timbul karena sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan. (Kasjono, 2008). Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkaan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian. (Anonim, 2010)
d.   Germ Theory
Teori kuman ( The Germ Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke dalam tubuh. Abad ke-19 merupakan era kejayaan teori kuman dimana aneka penyakit yang mendominasi rakyat berabad-abad lamanya diterangkan dan diperagakan oleh para ilmuan sebagai akibat dari mikroba.
Pengaruh Teori Kuman dan penemuan mikroskop sangat besar dalam perkembangan epidemiologi penyakit infeksi. Berkat Teori Kuman etiologi berbagai penyakit infeksi bisa diidentifikasi. Bahkan kini telah diketahui sedikitnya 15% kanker di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi, misalnya Human Papilloma Virus (HPV) adalah agen etiologi kanker serviks uteri (Lucas,2003).
Berkat Teori Kuman maka banyak penyakit kini bisa dicegah dan disembuhkan. Teori Kuman memungkinkan penemuan obat-obat antimikroba dan antibiotika, vaksin, sterilisasi, pasteurisasi, dan program sanitasi publik. Pendekatan mikroskopik mendorong ditemukannya mikroskop elektron berkekuatan tinggi dalam melipatgandakan citra, sehingga memungkinkan riset epidemiologi hingga level molekul sejak akhir abad ke 20. Di sisi lain, penerapan Teori Kuman yang berlebihan telah memberikan dampak kontra-produktif bagi kemajuan riset epidemiologi. Pengaruh Teori Kuman yang terlalu kuat mengakibatkan para peneliti terobsesi dengan keyakinan bahwa mikroorganisme merupakan etiologi semua penyakit, padahal diketahui kemudian tidak demikian. Banyak penyakit sama sekali tidak disebabkan oleh kuman atau disebabkan oleh kuman tetapi bukan satu-satunya kausa. Untuk banyak penyakit, mikroba merupakan komponen yang diperlukan tetapi tidak cukup untuk menyebabkan penyakit. Tahun 1950-an seiring dengan meningkatnya insidensi penyakit non-infeksi, muncul teori kausasi yang mengemukakan bahwa sebuah penyakit atau akibat dapat memiliki lebih dari sebuah kausa, disebut etiologi multifaktorial atau kausasi multipel. Teori kausasi multipel tidak hanya memandang kuman tetapi juga faktor herediter, kesehatan masyarakat, status nutrisi/ status imunologi, status sosio-ekonomi, dan gaya hidup sebagai kausa penyakit (Last 2001; Wikipedia, 2010xx; Citizendium, 2010).
e.    Epidemiologi Triangle
Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu manusia (Host), penyebab (Agent), dan lingkungan (Environment).
                                             


Gordon berpendapat bahwa :
1)       Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2)   Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)
3)  Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan biologis) 
Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemologi, dan cocok unutk menerangka penyebab penyakit infeksi. Sebab peran Agent (mikroba) mudah diisolasi dengan jelas dari lingkungannya.
Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan mengubah keseimbangan interaksi ketiga komponen yang akhirnya berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Hubungan antara ketiga komponen terseut digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host dan Agent berada di ujung masing-masing tuas, sedangkan environment sebagai penumpunya.

Agent, Host, dan Environment
Agen Penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
ü  Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa.
ü  Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
ü  Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.
ü  Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu dan lainnya.
ü  Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (pejamu).
Manusia/Pejamu
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Umur
Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut.
2. Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
3. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti fickle cell anemia pada ras Negro.
4. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain.
5. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan lainnya.
6. Status Nutrisi
Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya.
7. Status Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. contoh : campak
8. Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
9. Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.
10. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.
Lingkungan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan tiga komponen yaitu:
1. Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare.
2. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.
3. Lingkungan sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya.

Interaksi Agen Penyakit, Manusia dan Lingkungan
Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen penyakit, manusia dan lingkungannya yaitu:
1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan yang menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan global.
Gambar Ketidakseimbangan agen dan lingkungan
2. Interaksi antara pejamu (manusia) dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
Gambar Ketidakseimbangan Pejamu dan lingkungan
3. Interaksi antara pejamu (manusia) dan agen penyakit
Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.
Gambar Ketidakseimbangan Agen dan pejamu
4. Interaksi agen penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan
Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit baik secara tidak langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases).
Gambar Ketidakseimbangan Agen, Pejamu dan Lingkungan
f.     The Web Of Causation (Jaring-Jaring Sebab Akibat)
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu. (azwar, 1998)
Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.

Kerangka konseptual


 g.    Teori Roda (The Well Of Causation)
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003)
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan. (Notoatmodjo, 2003)
Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi usaha-usaha pemberantasan yang efektif. (Notoatmodjo, 2003)
Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit. (Notoatmodjo, 2003)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya, dan komponen lingkungan biologi, social, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran komponen roda bersifat relative, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetik relative besar, sedang pada penyakit campak status imunitas penjamu dan lingkungan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal strees mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.



REFERENSI
Adnani, Hariza. 2010. Prinsip Dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Nuha Medika
Anonim. 2010. Modul Materi Dasar Epidemiologi Semester 3. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Azwar,Azrul.1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara . Jakarta Barat
Banis dan Associates. 2001. Prolog. www.sciencehumanitiespress.com/books/ plague.htm-. diakses 22 Maret 2014
Budioro, B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi (edisi revisi). Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bustan, M.N. dan Arsunan. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ir. Martini, dkk. 2010. Modul Epidemiologi Dasar . Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Kasjono, Heru Subaris dan Heldhi B. Kristiawan. 2008. Intisari Epidemiologi. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press
Last, JM . 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.
Lucas A and Gilles H, Short Textbook of Public Health Medicine for the Tropics, Fourth Edition, Oxford University  Press, 2003.
Maryani, Lidya dan Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan Pendekatan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
UC (University of California) at Berkeley (2007). Antony van Leeuwenhoek (1632-1723). www. ucmp. berkeley.edu/history/leeuwenhoek.html. Diaskes 22 maret 2014.















2 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali..

    http://acemaxsshop.com/obat-herbal-jantung-koroner/

    BalasHapus
  2. artikelnya sangat lengkap mengenai Konsep Terjadinya Penyakit
    1. artikel mengungkapnkan sejarah karena jarang ada yang publish
    2. mudah dipahami dan dimengerti
    3. dan ini sangat membantu kita untuk mengerti silsilah terjadinya suatu penyakit.
    Terimakasih Salam Sehat Admin mipa-farmasi.com

    BalasHapus